PERIODISASI KARYA SASTRA


BAB I
PEMBAHASAN

1.1 TAHUN 1920-1933
Judul : Sengsara Membawa Nikmat
Bentuk : Roman
Penerbit : Balai Pustaka
Pengarang : TulisSutan Sati
Cetakan : Pertama Tahun 1929, Terakhir Tahun 2002
Tebal Halaman : 21 cm
Banyak Halaman :192 Lembar
Nomor Seri : BP no.829

1.1.1 Sinopsis Cerita
Midun seorang pemuda yang alim, pintar silat dan baik budi pekertinya. Midun sangat disenenangi dan disukai oleh orang-orang disekelilingnya. Walaupun Kacak adalah kemenakan Tuanku Laras, tidak ada satu orangpun yang menyukainya karena angkuh dan kesombongannya. Sejak kecil Kacak sudah membenci Midun, karena dia beranggapan bahwa orang-orang membencinya karena hasutan Midun. Namun Midun nampak sabar menghadapinya. Berbagai cara Kacak lakukan untuk membuat Midun menderita bahkan sempat terlintas di hatinya untuk membunuh Midun.
Suatu hari, Midun dan Maun hendak menonton perlombaan kuda di Bukittinggi. Ketika selesai menonton perlombaan tersebut, Midun dan Maun membeli makanan di warung tiba-tiba orang suruhan Kacak menyerang mereka dan terjadi perkelahian yang tidak bisa dihindari. Ketika polisi datang, barulah perkelahian itu bisa dihentikan. Mereka dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Setelah diperiksa, Maun dinyatakan tidak bersalah dan diperbolehkan pulang. Namun Midun dinyatakan bersalah dan harus menjalankan hukuman penjara di Padang. Kacak sangat senang mendengar hal itu karena tidak ada lagi musuh besarnya yang akan mengganggu kehidupannya.
Selama di penjara, Midun mendapat berbagai siksaan dari para sipir penjara dan para tahanan lainnya. Namun para tahanan tidak lagi berani mengganggunya ketika Midun bisa mengalahkan salah satu tahanan yang dianggap hebat. Suatu hari, Midun melihat seorang gadis cantik yang sedang melamun duduk di bawah pohon kenari ketika sedang menyapu jalan. Midun menemukan kalung si gadis yang bernama Halimah dan mengembalikannya. Sejak saat itu mereka sering bertemu dan berbagi cerita hidup. Halimah minta tolong kepada Midun untuk membawanya kembali ke Bogor yaitu rumah ayah kandungnya kalau Midun bebas nantinya. Midunpun melakukan hal itu. Halimah bertemu dengan ayahnya. Mereka saling melepas rindu karena telah lama tidak bertemu.
Midun memutuskan untuk mencari kerja di Betawi. Midun bertemu dengan Syekh Abdullah Al- Hadramut yang akan membantunya dalam perdagangan. Namun Syekh Abdullah adalah seorang rentenir yang hanya menipunya. Karena perbuatan Syekh, Midun harus masuk penjara untuk yang kedua kalinya. Setelah bebas Midun mendapat pekerjaan sebagai juru tulis di kantor Kepala Komisaris Tuan Hoofdcommissaris. Karena telah mempunyai pekerjaan, Midun melamar Halimah dan mereka tinggal di Betawi. Belum lama bekerja Midun telah diangkat sebagai Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Suatu hari Midun ditugaskan menangkap para penyelundup di Medan. Disana Midun bertemu dengan adiknya, Manjau. Midun begitu sedih mendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Betawi, Midun langsung minta ditugaskan di kampung halamannya. Permintaan Midun pun dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung, membuat Kacak sangat gelisah sebab dia takut kalau perbuatannya menggelapkan kas daerah akan terbongkar. Saat itu, Kacak sudah menjadi penghulu di kampung mereka. Dia yakin, kalau Midun akan berhasil membongkar perbuatannya itu. Tidak lama kemudian. Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas daerah yang ada di Kampungnya. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannya itu. Kini, Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarganya di kampung.

1.1.2 Peristiwa/Kejadian yang Penting Dari Cerita
 Ketika Kacak hendak membunuh Midun dengan menyuruh pembunuh bayaran.
Kutipan :
1. Sedang Midun memikirkan hal itu, Maun yang berdidri di belakangnya melihat seseorang bergerak dekatnya,kemudian terbayang pada matanya sebuah pisau yang menuju rusuk Midun. Sebagai kilat Maun melompat menangkap pisau itu,sambil berseru, “awas Midun!”


 Ketika Midun berhasil membanggakan orang tuanya dengan sukses yang ia capai dalam hidupnya
Kutipan :
1. Pada keesokan harinya Midun mupakat dengan datuk paduka raja dan Maun akan membuat rumah dari pada batu untuk Juriah. Begitu pula akan membeli sawah untuk ibunya dua beranak. Lain dari pada itu Midun hendak membuat gedung pula untuk tempat tinggalnya dengan anak istrinya.

1.1.3 Karakteristik Roman
 Tema : Kesabaran
 Gaya bahasa : Bahasa melayu dan bahasa yang digunakan masyarakat
minangkabau.
Kutipan
“akan menjadi orang laratkah engkau nanti . Midun ?”
 Alur : maju
 Latar
• Suasana : Menyedihkan, mengharukan, menegangkan, bahagia,
romantis
• Tempat : Padang (Minangkabau),Bogor,Jakarta.
• Waktu : pagi, siang, sore,malam
 Tokoh dan Penokohan:
• Midun : seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta Penyabar
• Tuanku Laras : seorang Kepala Kampung yang sangat kaya dan ditakuti serta disegani dikampungnya.
• Kacak : seorang pemuda yang mempunyai sifat angkuh, kasar, serta suka berfoya-foya.
• Haji Abbas : seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
• Maun : seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama Dia sahabat kental Midun
• Halimah : seorang gadis yatim tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
• Pak Karto : seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Jakarta. Dia baik hati.
• Syekh Abdullah Al-Hadramut :saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
• Tuan Hoofdcommissaris : seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
• Manjau : pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
 Sudut pandang : orang ketiga serba tahu.
 Amanat : bersabarlah dalam menjalani dan menghadapi cobaan
hidup karena dengan sabar akan menghasilkan kebaikan bersama, bersungguh-sungguhlah dalam meraih cita-cita karena dengan bersungguh sungguh maka akan tercapai.
 Tujuan : untuk memberi motivasi kepada pembaca agar lebih sabar
menghadapi cobaan dalam hidup.

1.2 TAHUN 1942-1945
Judul : Gema Tanah Air ( Puisi “Mengenag dan Meninjau” )
Bentuk : Puisi
Penerbit : Balai Pustaka
Pengarang : H.B Jassin
Cetakan : Pertama Tahun 1948, Terakhir Tahun 1999
Banyak Halaman : 330 lembar
Nomor Seri : BP. No. 1654

1.2.1 Sinopsis Puisi
Mengenang dan Meninjau
Rakyat terus mengeluh karena telah bekerja keras ,menjerit keras meminta beras dan menggigil kedinginan hanya berselimut karung dengan ekonominya yang buruk, mereka harus berhemat dan terus disuruh bersemangat. Rakyat memerlukan pemimpin yang bisa memimpin dengan benar sehingga tercapai kemakmuran. Begitulah keluhan rakyat yang terjajah, berharap dengan keadaan cemas dan merasa putus asa. Hingga tersadar bahwa mereka harus bersatu sesama kaum terlantar dengan jumlah yang sangat banyak, mereka bisa melawan untuk merebut hak hidup dan kemerdekaannya serta membangun negara dengan kedaulatan rakyat. Saat ini mereka telah merdeka ,abadi, adil, dan makmur.

1.2.2 Peristiwa/Kejadian yang Penting
 Rakyat jajahan yang berjuang meraih kemerdekaan
• kutipan
“ Begitu keluh Rakyat Jajahan,”
“Kini merdeka.
Abadi, adil, dan makmur?”

1.2.3 Karakteristik Puisi
 Tema : Perjuangan
 Gaya bahasa : mudah dimengerti (bahasa sehari-hari )
• Kutipan :
“ kini merdeka
Abadi, adil dan makmur ? “
 Amanat : jangan mudah menyerah,dengan bersatu maka tujuan kita akan lebih mudah dicapai.
 Struktur puisi : puisi tersebut sudah terstruktur dengan baik.
 Tujuan : membangkitkan rasa nasionalisme dan persatuan.


1.3 TAHUN 1953-1961
Judul : Hujan Kepagian
Bentuk : Cerpen
Penerbit : Balai Pustaka
Pengarang : Nugroho Notosusanto
Cetakan : Pertama Tahun 1958, Terakhir Tahun 2005
Banyak Halaman : 68 Lembar
Nomor seri : BP no.2055

1.3.1 Sinopsis Cerpen
Pembalasan Dendam

Ada dua pemuda kembar yang selalu berjuang bersama-sama melawan tentara belanda. Mereka bernama Jon&Con. Suatu hari Jon dan Con bersama tentara GRI yang lain sedang mengintai markas musuh. Jon maju lebih dulu sementara yang lain disuruhnya menunggu dibalik bukit meskipun pada mulanya kembaran Jon yaitu Con bersikeras ingin ikut bersamanya. Setelah lama menunggu terdengar suara tembakan dari arah dimana Jon ada disana. Con terlihat panik dan segera menyusul kembarannya ke dekat markas musuh. Tetapi mereka terlambat karena Jon telah ditusuk oleh salah satu tentaran belanda. Con marah, dia bersama kawannya berhasil membunuh semua tentara belanda kecuali satu orang yang mengangkat kedua tangannya. Con melampiaskan kemarahannya kepada tentara tersebut. Ia hampir membunuhnya tetapi, salah satu kawannya yaitu Nug berhasil mencegahnya. Con,Nug, bersama tawanannya berniat kembali kemarkas tetapi ditengah jalan mereka dicegat oleh Jayeng Bledeg pemimpin gerombolan yang sama kejamnya dengan tentara belanda. Con dan Nug merasa kasian pada tentara belanda tersebut dan mereka berhasil membawa kabur kemarkas mereka di terug valbasis.

1.3.2 Peristiwa/Kejadian yang Penting
• Jon berjuang melawan tentara belanda tanpa rasa takut
Kutipan :
“Aku mau turun ke kampung di bawah itu.”
“Lima belas menit. Seperempat jam aku tak kembali regu suruh menyusul.”
• kematian Jon dengan keberaniannya melawan tentara belanda
Kutipan :
Dan ketika itu kami lihat seorang militer Belanda menusuk Jon dengan bayonetnya
• penyelamatan salah satu tentara belanda yang akan dibunuh oleh gerombolan Jayeg oleh Con dan Nug walaupun orang tersebut adalah musuh mereka, sebagai wujud rasa kemanusiaan
Kutipan :
“Tapi membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.”

1.3.3 Karakteristik Cerpen
 Tema : Perjuangan&kemanusiaan
 Gaya bahasa :bahasa sehari-hari,komunikatif tetapi kasar dan bahasa asing.
Kutipan :
“babi bule ini aku mampuskan”
“Semua nonsense!”
“aku mengumpet di dekat situ.”

 Alur : maju
 Latar :
• Suasana :menegangkan, sedih,mengharukan
• Tempat :medan perang, markas terugvalbasis dan pemukiman
• Waktu : siang
 Tokoh & Penokohan :
• Nug : Peduli kepada orang lain, pantang menyerah, pemberani, setia kawan
• Jon : Pemberani, pantang menyerah,
• Con :Peduli kepada orang lain, pantang menyerah, pemberani, setia kawan, dan pemaaf
• Jayeng : kejam,
• Tentara belanda : jahat, menghargai orang lain.

 Tujuan : untuk mengetahui dan mengenang perjuangan para pahlawan
pada waktu melawan belanda
 Struktur cerita : menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan

1.4 Persamaan dan Perbedaan Karya Sastra Tiap Angkatan

1.4.1 Perbedaan karya sastra dari masing-masing angkatan

1. Gaya Bahasa :
Karya sastra dari angkatan ‘20 cenderung dipengaruhi bahasa melayu, sementara karya sastra dari angkatan ’45 dan ’61 sudah mulai lepas dari bahasa melayu


1.4.2 Persamaaan karya sastra dari masing-masing angkatan

1. sama-sama mengangkat kisah kemanusian dan sosial masyarakat

1.5 Kesimpulan
Terdapat perbedaan-perbedaan pada karya sastra angkatan ’20, ’45, dan ’61. Tetapi pada umumnya masih terdapat persamaan dari ketiga angkatan tersebut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

SOAL GERUND

ARTIKEL BIOLOGI TENTANG BIOTEKNOLOGI