ASTA TINGGI


Asta Tinggi merupakan kompleks makam para raja Sumenep, keturunan dan kerabatnya. Dibangun sekitar tahun 1750. Kompleks ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mempunyai gerbang tersendiri. Bagian pertama di sisi kiri terdiri dari kubah Bindoro Saud, kubah Pangeran Jimad dan kubah P. Pulang Jiwo.
Asta lazim dipakai dalam bahasa Sumenep halus untuk menyebut tempat peristirahatan terakhir orang yang dihormati, raja-raja, atau keluarga bangsawan Sumenep. Asta Tinggi merupakan salah satu asta kuno yang menjadi sisa-sisa peninggalan Kerajaan (Kadipaten) Sumenep yang berada di desa Kebonagung sekitar dua setengah kilometer arah barat laut dari pusat kota Sumenep. Penyebutan “tinggi” karena memang kompleks ini berada di daerah dataran tinggi yang cukup sejuk dan tenang, sangat cocok sebagai tempat peristirahatan. Selain Asta Tinggi, masyarakat Sumenep juga mengenal beberapa asta lain seperti pemakaman Anggo Suto (Kecamatan Saronggi), Asta Katandur (Desa Bangkal), Pemakaman Joko Tole (Kecamatan Manding), Asta Buju’ Panaongan (Kecamatan Pasongsongan), dan masih banyak lagi. Dari ke semua makam itu, Asta Tinggi yang sudah ada sejak tahun 1664 M merupakan Asta termuda sekaligus terbesar dan termegah
Banyak sekali cerita yang berkembang di kalangan masyarakat tentang karomah yang dimiliki raja-raja Sumenep. Namun nampaknya Bendara Saud memiliki arti yang penting dan dalam bagi masyarakat biasa. Mohammad Saud adalah seorang santri dari yang berasal dari kalangan orang biasa. Seperti namanya, bendara -santri dalam bahasa madura-, Muhammad Saud bukanlah seorang Raden ataupun Pangeran. Ia dinikahi oleh Raden Ayu Tirtonogoro yang menjanda karena sang Raja meninggal dunia. Karenanya, makam bendara Saud sebenarnya menjadi tujuan utama bagi para peziarah dari kalnag rakyat kecil untuk mengadukan berbagai persoalan hidup mereka. Banyak motif orang datang ke asta ini. Mulai berdo’a, bertawassul, mencari barokah dan karomah, ataupun sekedar melancong dan ingin tahu. Pernah suatu hari beberpa orang dari Jakarta datang di situ untuk mengetahui makam Panembahan Semolo, Pendiri masjid keraton yang kini difungsikan sebagai masjid Jami’. Mereke adalah sebagian kecil dari anak turunnya yang sudah sejak lahir menetap di Jakarta. Dengan didampingi juru kunci, mereka ditunjukkan dimana makan Bendara saud. Hanya melihat-lihat saja, tanpa berdoa apalagi melakukan ritual-ritual lain.

sumber informasi : SITUS ASTA TINGGI « BILIK UBLUK_files dan http://simasa.multiply.com/photos/album/15/Asta_Tinggi_Keraton_Sumenep?&show_interstitial=1&u=%2Fphotos%2Falbum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

SOAL GERUND

ARTIKEL BIOLOGI TENTANG BIOTEKNOLOGI