BUDAYA NYADAR
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi ini budaya madura semakin terancam, khususnya di kalangan remaja. Banyak remaja-remaja madura yang meremehkan budaya mereka sendiri dan lebih parahnya lagi mereka malu mengakui sebagai orang madura. Itu semua disebabkan karena masuknya budaya asing yang mempengaruhi pola hidup kita. Padahal kita harus bangga sebagai orang madura dan menjaga budaya madura dengan cara memperkenalkan budaya madura ke masyarakat lain agar tidak punah. Selain mempunyai banyak kebudayaan, madura juga mempunyai panorama alam yang tidak kalah dengan daerah lain.
Rumusan Masalah
Untuk lebih mudah memahami makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah dari munculnya upacara nyadar?
2. Apa yang dimaksud dengan upacara nyadar?
3. Apa fungsi dari upacara nyadar?
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah asal mula dari upacara nyadar.
2. Untuk mengetahui upacara nyadar.
3. Untuk mengetahui fungsi diselenggarakan upacara nyadar.
Manfaat
Manfaat dari pada penyusunan makalah ini :
1. Mengenal lebih jauh budaya yang terdapat di madura.
2. Melengkapi tugas yang diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Upacara Nyadar
Asal-usul dari tradisi upacara nyadar yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Pinggirpapas tidak lepas dari tokoh yang bernama Anggasuto. Menurut masyarakat tradisi nyadar bukan hanya sebuah penghormatan kepada leluhur (Anggasuto), akan tetapi sebagai wujud terima kasih karena sebagai pembuat garam pertama sehingga dengan melaksanakan upacara nyadar masyarakat berharap dapat memperoleh keselamatan dan panen selanjutnya lebih baik.
Anggasuto merupakan salah satu sisa balatentara Bali yang kalah perang dengan kerajaan Sumenep yang masih hidup dan melarikan diri ke desa Pinggirpapas dengan teman-teman balatentaranya yang masih hidup. Mereka mendapatkan pengampunan dari Raja sumenep untuk tinggal di desa Pinggirpapas dan sejak itulah Anggasuto dan teman-temannya menjadi cikal bakal dan tokoh masyarakat di desa Pinggirpapas. Awalnya desa Pinggirpapas merupakan daerah yang sangat tandus. Hal ini disesuaikan dengan keadaan geografis desa Pinggirpapas karena letaknya di dataran rendah dan berbatasan dengan laut, seringnya air laut menggenangi desa Pinggirpapas sehingga tidak memiliki sumber air bersih,maka tidak cocok untuk dijadikan pertanian di bidang agraris oleh masyarakat. Keadaan yang seperti itu, masyarakat tidak mampu mengelolah dan memanfaatkan lahan yang ada karena tidak didasari oleh pengetahuan untuk mengelolah lahan yang tandus dan seringnya tergenang oleh air laut.
Anggasuto dikatakan sebagai cikal bakal oleh masyarakat desa Pinggirpapas karena telah memberikan pengetahuan bagaimana mengelolah lahan yang tandus dan digenangi oleh air laut menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat desa Pinggirpapas sekitar tahun 1568-an. Awal Anggasuto menemukan endapan air laut yang berupa kristal dan ternyata adalah garam, hal ini tentunya Anggasuto dibekali adanya pengetahuan tentang garam. Anggasuto dengan cermat mempelajari proses pengkristalan air laut tersebut dengan keyakinannya bahwa garam ini nantinya memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat, maka Anggasuto mencoba membuat garam dari air laut. Proses pembuatan awal, Anggasuto membuat enam kotak yang berisi air laut. Keesokan harinya pada salah satu kotak itu ada warna putih yang mengendap dan mengkristal. Keadaan yang seperti itu berlanjut sehingga keenam kotak tersebut menjadi warna putih yang mengendap dan menkristal. Jadi semua kotak yang dibuat oleh Anggasuto semuanya berhasil. Penggaraman rakyat sampai sekarang ini terdiri dari enam kotak sebagai syarat penggaraman. Masyarakat desa Pinggirpapas meyakini apabila penggaraman tidak terdiri dari enam kotak maka hasil dari penggaraman tidak berhasil. Seterusnya dari kejadian tersebut, Anggasuto bersama-sama masyarakat setempat membuat talangan. Beliau kemudian berkata bahwa kalau bulan depan atau dalam berikutnya air laut dalam talangan itu dapat menjadi garam lagi,beliau akan melakukan Nyadhar(selamatan tasyakuran). Ternyata usaha tersebut tidak sia-sia air laut yang ada dalam talangan menjadi garam. Atas peristiwa-peristiwa tersebut masyarakat Pinggirpapas mengakui bahwa Anggasuto sebagai penemu garam, yaitu sebagai ilmuwan yang mampu mengamati dan memberi pelajaran kepada masyarakat desa Pinggirpapas mengenai cara memproduksi garam. Sejak abad XVI pembuatan garam di Madura dimulai.
Upacara Nyadar
Upacara Nyadar merupakan upacara selamatan atau syukuran. Upacara Nyadar sudah dilakukan sejak ditemukannya garam di daerah Pinggirpapas. Oleh karena itu sudah sepantasnya dan menjadi kewajiban masyarakat desa Pinggirpapas untuk menghormati dan melaksanakan tradisi leluhurnya.
Pelaksanaan dari upacara nyadar yang dilakukan oleh masyarakat Pinggirpapas, kalau dikaji lebih dalam, menurut Farouk, bukan hanya semata-mata asal usul dari upacara nyadar sebagai wujud penghormatan pada leluhurnya, tetapi ada hal yang sangat penting lagi untuk dikaji yang kaitannya dengan mempertahankan konservasi Sumber Daya Alam (SDA). Hal ini dapat dilihat bahwa di tengah tanah penggaraman ada makam para leluhur masyarakat desa Pinggirpapas. Makam tersebut oleh masyarakat dikeramatkan sehingga tidak ada masyarakat yang berani menggusur makam tersebut.
Menurut Syam, “makam bagi masyarakat bukan hanya sekedar mengubur mayat, akan tetapi makam adalah tempat yang dikeramatkan karena disitu dikuburkan jasad orang keramat”. Antara tanah dengan roh leluhurnya tidak dapat dipisahkan, karena roh leluhur oleh masyarakat mempunyai kompetensi mengawasi dan memberi perlindungan kepada keturunannya dan sekaligus mempunyai saham atas tanah sehingga penjualan tanah dianggap dengan menjual roh leluhurnya, maka tanah tersebut harus dijaga. Untuk memperkuat kesakralan tersebut masyarakat desa Pinggirpapas selalu merayakan upacara nyadar. Manfaat Upacara Nyadar
Upacara Nyadar merupakan upacara untuk mensyukuri rizki dan wujud terima kasih terhadap Anggasuto sebagai pembuat garam pertama sehingga dengan melaksanakan upacara nyadar masyarakat berharap dapat memperoleh keselamatan dan panen selanjutnya lebih baik. Selain itu upacara nyadar juga dilakukan untuk melanjutkan tradisi yang dilakukan oleh leluhurnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Upacara Nyadar merupakan upacara untuk berterima kasih terhadap anggasuto yang telaha memberi tahu bagaimana cara memanfaatkan tanah pinggirpapas yang tandus dengan cara membuat talangan yang kemudian menjadi garam.
Saran-Saran
Saran-saran yang diberikan penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
• Supaya kebudayaan upacara nyadar tetap dipertahankan jangan sampai dilupakan.
• Mengenalkan upacara nyadar kepada para generasi muda yang diharapkan dapat melanjutkan tradisi untuk selamanya, karena generasi muda sekarang kurang memperhatikan atau kurang peduli terhadap budaya mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Semua tulisan di atas adalah sebuah gambaran secara umum tentang sejarah Nyadar yang saya dapat dari hasil wawancara pada tokoh masyarakat serta dari beberapa buku dan skripsi yang membahas tentang sejarah tersebut dari observasi dan wawancara pada masyarakat desa Pinggirpapas serta data-data yang mendukung untuk penulisan karya tulis ini.
Komentar